Perjalanan (20): Lupa Syairnya, Ingat Kuncinya ...
Seperti dibilang di awal, saya berkisah mengenang 25 tahun SMA N Pangandaran dan juga 25 tahun meninggalkan kampung halaman adalah berdasarkan mood saja (tepatnya kalau lagi suntuk). Jadi jangan persoalkan tentang sistematika tuturan kisah dan apalagi bahasa tutur kisahnya.
Ini semua demi kesenangan sendiri belaka, setelah mendapat kemewahan mendapatkan akses internet unlimited 1 Mbps yang sebulannya seharga sekilogram ikan layang (kalau lagi musim di Pangandaran). Dengan itu saya mulai belajar nge-blog, dengan bebasnya. Dengan itu pula kesuntukan dapat terobati.
Mood itu kembali terpicu dari kawan saya sewaktu sekolah di Bogor; Yodi alias Idoy (begitu kami menyapa, dibalik). Katanya; "Gile Nip ya, seniman sekarang bikin lagu dan nyanyi itu asal-asalan ..." Yang dia maksud adalah lagu 'Beristri Dua' dari group band Dewa, serta 'Inget-inget Lupa' yang didengungkan oleh Kuburan Band.
Idoy benci sama seniman yang asal-asalan, meski dia sendiripun bukan seniman tulen. Idoy disela bisnis utamanya menjadi seorang pengiring band di Jakarta dengan menjadi pemetik gitar. Padahal aslinya dia pemetik kecapi, karena dia asli urang Cianjur, asal mana lagu/laras Cianjuran berpusat.
Saya setuju dengan Idoy. Tetapi sama sekali saya tidak setuju dengan Kuburan Band! Bagi saya justru yang penting adalah syairnya! Tak penting kuncinya, juga judulnya!
Demikianlah ketika kuingatkan kepada seseorang, syair lagu yang dia tuliskan di buku catatan saya yang dipinjamnya, ketika SMA dulu di Pangandaran.
Saya kutip sepenggal syair itu, yang kukirim tadi via sms ; "...bertahun lamunan menjumpaimu..." yang dilantunkan oleh Bimbo. Syair itu sanggup membuatnya menangis. Sungguh syair yang dahsyat! Abadi! Seabadi kenangan saya dengannya. ***
(bersambung)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar